* EMPLOD
(Emplod Singkong)
Emplod
adalah makanan yang berasal dari singkong kukus yang ditumbuk halus.
Dicampur dengan parutan kelapa. Dibentuk segi empat pipih. Lalu digoreng
sampai kulit luarnya renyah dan kering. Tebalnya sekitar satu cm.
Panjang 8 cm. Lebar 4 cm. Ada juga yang membentuknya menjadi jajaran
genjang. Tergantung kreatifitas pembuatnya. Bentuknya memang cukup besar
untuk ukuran cemilan. Makanya seringkali Emplod diidentikkan dengan
penganan untuk sarapan pagi di daerah kami, Tanjungsari, Sumedang. Makan
dua atau tiga buah saja perut rasanya sudah kenyang. Ditambah segelas
teh hangat, atau secangkir kopi tubruk. Lengkaplah sudah sarapan pagi.
Perut menjadi tahan lapar sampai acara makan siang menjelang.
Bentuknya memang jauh berbeda dengan Emplod dari daerah Garut yang
lebih terkenal dengan Endog Lewo. Meski nama dan bahannya sama, namun
wujudnya berlainan. Emplod dari Garut lebih mirip kue sus kering. Tidak
mengenyangkan karena sejenis snack.
Sejarah pasti Emplod sendiri tak pernah ada yang tahu. Namun banyak
orang tua dulu mengatakan bahwa Emplod mulai dikenal dalam khasanah
kuliner orang Tanjungsari saat perang kemerdekaan. Saat itu merupakan
masa-masa paceklik. Penduduk jarang ada yang punya beras. Bercocok tanam
menjadi ala kadarnya saja karena tak pernah punya waktu tenang untuk
berada di sawah atau ladang. Sedangkan tanaman padi membutuhkan
ketelatenan tinggi agar menghasilkan panen yang melimpah. Jalan
satu-satunya adalah menanam singkong yang tak begitu ribet mengurusnya.
Penduduk setiap hari makan singkong. Dibeuleum-Diseupan, Dibeuleum-diseupan (istilah
sundanya dibakar dan dikukus ). Lama-lama bosan juga makan singkong
dengan cara seperti itu. Maka timbullah beragam inovasi makanan. Dari
mulai Getuk, Kicimpring, Katimus, Cret-eh, Awug oyek sampai Emplod.
-
See more at:
http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/EMPLOD-SEDERHANA-TAPI-MENGENYANGKAN#sthash.zW6o72vq.dpuf
Emplod
adalah makanan yang berasal dari singkong kukus yang ditumbuk halus.
Dicampur dengan parutan kelapa. Dibentuk segi empat pipih. Lalu digoreng
sampai kulit luarnya renyah dan kering. Tebalnya sekitar satu cm.
Panjang 8 cm. Lebar 4 cm. Ada juga yang membentuknya menjadi jajaran
genjang. Tergantung kreatifitas pembuatnya. Bentuknya memang cukup besar
untuk ukuran cemilan. Makanya seringkali Emplod diidentikkan dengan
penganan untuk sarapan pagi di daerah kami, Tanjungsari, Sumedang. Makan
dua atau tiga buah saja perut rasanya sudah kenyang. Ditambah segelas
teh hangat, atau secangkir kopi tubruk. Lengkaplah sudah sarapan pagi.
Perut menjadi tahan lapar sampai acara makan siang menjelang.
Bentuknya memang jauh berbeda dengan Emplod dari daerah Garut yang
lebih terkenal dengan Endog Lewo. Meski nama dan bahannya sama, namun
wujudnya berlainan. Emplod dari Garut lebih mirip kue sus kering. Tidak
mengenyangkan karena sejenis snack.
Sejarah pasti Emplod sendiri tak pernah ada yang tahu. Namun banyak
orang tua dulu mengatakan bahwa Emplod mulai dikenal dalam khasanah
kuliner orang Tanjungsari saat perang kemerdekaan. Saat itu merupakan
masa-masa paceklik. Penduduk jarang ada yang punya beras. Bercocok tanam
menjadi ala kadarnya saja karena tak pernah punya waktu tenang untuk
berada di sawah atau ladang. Sedangkan tanaman padi membutuhkan
ketelatenan tinggi agar menghasilkan panen yang melimpah. Jalan
satu-satunya adalah menanam singkong yang tak begitu ribet mengurusnya.
Penduduk setiap hari makan singkong. Dibeuleum-Diseupan, Dibeuleum-diseupan (istilah
sundanya dibakar dan dikukus ). Lama-lama bosan juga makan singkong
dengan cara seperti itu. Maka timbullah beragam inovasi makanan. Dari
mulai Getuk, Kicimpring, Katimus, Cret-eh, Awug oyek sampai Emplod.
-
See more at:
http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/EMPLOD-SEDERHANA-TAPI-MENGENYANGKAN#sthash.zW6o72vq.dpuf
Emplod : Snack Renyah dari Malangbong
Namanya saja sudah unik, Emplod. Beberapa orang Garut menyebutnya
Endog Lewo. Endog artinya telur dan Lewo adalah daerah yang memproduksi
makanan ringan ini. Tepatnya di Kp.Cicadas, Desa Sukajaya, Kecamatan
Malangbong, Kab.Garut.
Terbuat dari singkong, Emplod memiliki rasa yang renyah dan enak.
Bentuknya bulat menyerupai telur. Bumbunya pun sederhana. Hanya garam
dan bawang putih. Emplod juga ada yang pedas, karena memang orang
Indonesia menyukai penganan pedas. Meskipun belum seterkenal dodol dan
cemilan khas Garut lainnya, emplod kini sudah merambah diberbagai daerah
di Jawa Barat seperti Sumedang dan Bandung.
Emplod sangat cocok menemani waktu luang anda. Ketika menonton TV
maupun cemilan ketika anda dalam perjalanan. Cukup dengan Rp. 15.000
anda bisa menikmati cemilan khas Garut dari kecamatan Malangbong ini.
Makanan lokal Emplod alias Endog Lewo ini mampu bertahan selama lebih
dari seperempat abad di tengah persaingan aneka ragam makanan ringan.
Tentu saja, hehadirannya menambah ragam khazanah kekayaan makanan lokal
Garut yang sudah lebih dulu terkenal.
Emplod
adalah makanan yang berasal dari singkong kukus yang ditumbuk halus.
Dicampur dengan parutan kelapa. Dibentuk segi empat pipih. Lalu digoreng
sampai kulit luarnya renyah dan kering. Tebalnya sekitar satu cm.
Panjang 8 cm. Lebar 4 cm. Ada juga yang membentuknya menjadi jajaran
genjang. Tergantung kreatifitas pembuatnya. Bentuknya memang cukup besar
untuk ukuran cemilan. Makanya seringkali Emplod diidentikkan dengan
penganan untuk sarapan pagi di daerah kami, Tanjungsari, Sumedang. Makan
dua atau tiga buah saja perut rasanya sudah kenyang. Ditambah segelas
teh hangat, atau secangkir kopi tubruk. Lengkaplah sudah sarapan pagi.
Perut menjadi tahan lapar sampai acara makan siang menjelang.
Bentuknya memang jauh berbeda dengan Emplod dari daerah Garut yang
lebih terkenal dengan Endog Lewo. Meski nama dan bahannya sama, namun
wujudnya berlainan. Emplod dari Garut lebih mirip kue sus kering. Tidak
mengenyangkan karena sejenis snack.
Sejarah pasti Emplod sendiri tak pernah ada yang tahu. Namun banyak
orang tua dulu mengatakan bahwa Emplod mulai dikenal dalam khasanah
kuliner orang Tanjungsari saat perang kemerdekaan. Saat itu merupakan
masa-masa paceklik. Penduduk jarang ada yang punya beras. Bercocok tanam
menjadi ala kadarnya saja karena tak pernah punya waktu tenang untuk
berada di sawah atau ladang. Sedangkan tanaman padi membutuhkan
ketelatenan tinggi agar menghasilkan panen yang melimpah. Jalan
satu-satunya adalah menanam singkong yang tak begitu ribet mengurusnya.
Penduduk setiap hari makan singkong. Dibeuleum-Diseupan, Dibeuleum-diseupan (istilah
sundanya dibakar dan dikukus ). Lama-lama bosan juga makan singkong
dengan cara seperti itu. Maka timbullah beragam inovasi makanan. Dari
mulai Getuk, Kicimpring, Katimus, Cret-eh, Awug oyek sampai Emplod.
Emplod memang cukup
- See more at:
http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/EMPLOD-SEDERHANA-TAPI-MENGENYANGKAN#sthash.zW6o72vq.dpuf